Sekolah Luar Biasa Tipe A (TUNA NETRA)
Tunanetra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap memerlukan pendidikan khusus
Layanan Pendidikan Tunanetra Dikelompokkan Menjadi:
• Mereka mampu membaca cetakan standart
• Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar
• Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)
• Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar
• Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
• Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas)
• Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
• Mereka mampu membaca cetakan standart
• Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar
• Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)
• Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar
• Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
• Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas)
• Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunanetra :
Karena keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu kepada prinsip-prinsip:
a. Kebutuhan akan pengalaman konkret
b. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
c. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar
Karena keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu kepada prinsip-prinsip:
a. Kebutuhan akan pengalaman konkret
b. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
c. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar
Media Belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Kelompok buta dengan media pembelajarannya adalah tulisan Braille
• Kelompok Low Vission dengan medianya adalah tulisan awas yang dimodifikasi (huruf diperbesar, penggunaan alat pembesar tulisan)
• Kelompok buta dengan media pembelajarannya adalah tulisan Braille
• Kelompok Low Vission dengan medianya adalah tulisan awas yang dimodifikasi (huruf diperbesar, penggunaan alat pembesar tulisan)
STRATEGI PEMBELAJARAN TUNA NETRA
Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua pemikiran, yaitu :
1. Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi).
2. Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain).
1. Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi).
2. Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain).
Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra pada hakekatnya adalah strategi pembelajaran umum yang diterapkan dalam kerangka dua pemikiran di atas. Pertama-tama guru harus menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada anak-anak awas, meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek lainnya. Langkah berikutnya adalah menganalisis komponen-komponen mana saja yang perlu atau tidak perlu dirubah/dimodifikasi dan bagaimana serta sejauh mana modifikasi itu dilakukan jika perlu. Pada tahap berikutnya, pemanfaatan indera yang masih berfungsi secara optimal dan terpadu dalam praktek/proses pembelajaran memegang peran yag sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar.
Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Prinsip Individual
Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu.
2. Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajarinya.
3. Prinsip totalitas
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep.
4. Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)
Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya untuk belajar.
POLA PEMBELAJARAN
Permasalahan pembelajaran dalam pendidikan tunanetra adalah masalah penyesuaian. Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih banyak berorientasi pada pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan muatan kurikulum. Dalam strategi pembelajaran, tugas guru adalah mencermati setiap bagian dari kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara utuh tanpa harus mengalami perubahan, mana yang harus dimodifikasi, dan mana yang harus dihilangkan sama sekali.
Sekolah Luar Biasa Tipe B (TUNA RUNGU)
Tahapan-Tahapan Peningkatan Kemampuan Pendengaran:
1. Deteksi
1. Deteksi
2. diskriminasi
3. identifikasi
4. pemahaman
MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNA RUNGU
Anak Tuna Rungu memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar, media pembelajaran yang cocok untuk Anak Tuna Rungu adalah media visual dan cara menerangkannya dengan bahasa bibir/gerak bibir.
1. Persepsi Bunyi Dan Irama ( BKPBI) adalah sebagai berikut:
Media Stimulasi Visual
Media Stimulasi Visual
a. Cermin artikulasi, yang digunakan untuk mengembangkan feed back visual, dengan
melihat/mengontrol gerakan organ artikulasi diri siswa itu sendiri, maupun dengan menyamakan gerakan/posisi organ artikulasi dirinya dengan posisi organ artikulasi guru
melihat/mengontrol gerakan organ artikulasi diri siswa itu sendiri, maupun dengan menyamakan gerakan/posisi organ artikulasi dirinya dengan posisi organ artikulasi guru
b. Benda asli maupun tiruan
c. Gambar, baik gambar lepas maupun gambar kolektif
d. Pias kata
e. Gambar disertai tulisan, dsb.
2. Media Stimulasi Auditoris
a. Speech Trainer, yang merupakan alat elektronik untuk melatih bicara anak dengan hambatan sensori pendengaran
b. Alat musik, seperti: drum, gong, suling, piano/organ/ harmonika, rebana, terompet, dan sebagainya
c. Tape recorder untuk memperdengarkan rekaman bunyi- bunyi latar belakang, seperti : deru mobil, deru motor, bunyi klakson mobil maupun motor, gonggongan anjing dsb
d. Berbagai sumber suara lainnya , antara lain :
· Suara alam : angin menderu, gemercik air hujan, suara petir,dsb.
· Suara binatang : kicauan burung, gongongan anjing, auman harimau, ringkikan kuda,dsb.
· Suara yang dibuat manusia : tertawa, batuk, tepukan tangan, percakapan, bel, lonceng, peluit,dsb
e. Sound System, yaitu suatu alat untuk memperkeras suara.
f. Media dengan sistem amplifikasi pendengaran, antara lain ABM, Cochlear Implant dan loop system.
Di lapangan media yang digunakan,misalnya dalam mata pelajaran matematika dengan tema mengenalkan jam,guru membawa tiruan jam dinding sambil menerangkan dengan bahasa bibir guru juga menuliskannya di papan tulis agar anak dapat lebih memahami apa yang guru jelaskan. Dalam pembelajaran IPA, PPKN, Guru juga mempergunakan gambar. Dalam pembelajaran IPS pun demikian, menggunakan media gambar dalam materi kenampakkan dari permukaan bumi dari gambar tersebut guru menjelaskan kepada anak sehingga anak dapat memahami bagaimana bentuk kenampakkan dari permukaan bumi tersebut.
Sekolah Luar Biasa Tipe C (TUNA GRAHITA)
KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNA GRAHITA
Anak tunagrahita secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, sehingga memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus.
Adapun strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu:
1. Direct Introduction
Merupakan metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat, dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.
2. Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami materi pelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Menurut Siahaan (2005:2), ada lima unsure esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a) Saling ketergantungan yang positif
b) Interaksi berhadapan
c) Tanggung jawab individu
d) Keterampilan social
e) Terjadi proses dalam kelompok
3. Peer Tutorial
Merupakan metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya yang mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karena itu lebih ditekankan pada siswa yang mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.
Sedangkan tujuan pembelajaran tutorial yaitu sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan para siswa
b) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa tentang cara memecahkan masalah agar mampu membimbing diri sendiri
c) Meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri.
Sekolah Luar Biasa Tipe D (TUNA DAKSA)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasukcelebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNADAKSA
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
1. Pendidikan integrasi (terpadu)
2. Pendidikan segresi (terpisah)
3. Penataan lingkungan belajar
Sarana Penunjang Pendidikan Anak Tunadaksa
1. Gedung ruang dan perabotan
Penyandang tunadaksa ada yang dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul akibat bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan pendidikan anak tunadaksa. Mereka yang demikian ini tidaklah banyak. Kebanyakan anak-anak tunadaksa frustasi karena ketidaksesuaian desain bangunan. Biasanya bangunan-bangunan dirancang untuk kepentingan orang-orang normal.
Agar bangunan-bangunana bisa sesuai dengan kepentingan penyandang tunadaksa, bangunan hendaknya dirancang dengan memprioritaskan tiga kemudahan, yaitu :
1) Mudah keluar masuk
2) Mudah bergerak dalam ruangan
3) Mudah mengadakan penyesuaian atau segala sesuatu yang ada di dalam ruangan itu mudah disesuaikan.
Media Pembelajara Untuk Anak Tuna Daksa
Anak Tuna Daksa dari segi mental dan otaknya normal hanya saja mereka memiliki keterbatasan fisik sehingga memerlukan layanan khusus dan alat bantu gerak , agar mereka bisa melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya bantuan dari orang lain. Media pembelajaran yang digunakan untuk anak tuna daksa sama dengan anak-anak normal lainnya hanya saja disesuaikan dengan materi dan kecacatan bagian yang mana dialami oleh anak. Agar terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif.
Sekolah Luar Biasa Tipe E (TUNA LARAS)
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNALARAS
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut:
1. Model biogenetic
2. Model behavioral/tingkah laku
3. Model psikodinamika
4. Model ekologis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar